Friday, January 9, 2015

Kepada Perempuan yang Sedang Mengulangi Harinya


Aku menemui perempuan itu dihari pertamanya bekerja. Kedua mata dengan lensanya, rambutnya yang tergerai hingga bahu, tinggi yang tak sejauh berapa dariku. Aku memperhatikan perempuan itu. Sudah bulan kedua aku dididik menjadi kapitalis di tempat ini. Dia menjadi kawan kapitalis baruku. Tak lama setelah kedatangannya, aku diperkenalkan kepadanya, dan dari sana ku tahu namanya, perempuan cantik itu bernama Mega ~~
P

Kepada perempuan yang sedang mengulang hari lahirnya, maaf kala ragaku tak mampu menyampaikan langsung kepada kedua matamu, tak lagi sanggup menggandeng kedua tanganmu, tak lagi bertemu dalam peluk. 

Lewat doa yang mengudara pada jarak antara kita
aku mendoakan segala yang terbaik buatmu
Terutama untuk keberkahan dalam sisa usiamu

Kepada perempuan yang sedang berkurang usianya
Tetaplah untuk setia menjadi wanita yang cantik akhlaknya
Yang dari kedua tangannya kamu bisa mempengaruhi semesta menjadi lebih baik ~~ 

Selamat mengulang hari qaqa Mega ~~ segala doa terbaik ku aamiinkan, jangan lupa untuk selalu bahagia :)




Thursday, January 8, 2015

Tentang (Bukan) Bang Toyib yang Tak Pulang



Enam jam dari sekarang, aku akan tiba di kotamu. Kota yang sempat mempertemukan kita diacara pentas wayang waktu itu. Aku tak peduli, mau marah atau tidak, aku akan tetap mencarimu, meski pencarian itu bukan buatku.

Andai bukan karena cibiran dari tetangga-tetangga rumah, aku takkan mau melakukan tindak hal bodoh semacam ini.

Dulu janjimu adalah sepucuk surat yang setiap bulan akan sampai pada rumahku,, ah ya rumah kita, sebab sebagian waktu dahulu sebelum tiga tahun itu kita pernah berteduh di atap ini. Namun nyatanya sepucuk suratmu tak pernah sampai lagi di rumah, setelah lima surat sebelumnya mendarat dengan selamat.

Aku senang ketika ku membuka pintu untuk menyambut tukang pos yang datang membawa suratmu. Sebab dari sanalah ku tahu kamu baik-baik saja. Tapi sejak bulan kelima berikutnya, sepertinya tukang pos tak lagi sudi berkunjung ke rumah untuk nengabarkan kepadaku bahwa kamu baik-baik saja. . .

-------

Satu jam lagi dari sekarang aku akan tiba di kotamu. Kota yang pernah menjadi saksi atas cinta kita. Di kota ini, kamu berjanji padaku untuk setia sampai mati hidup bersamaku. Di depan seorang penghulu, dua orang saksi dan ayahku kamu mengucapkan janji itu. Penghulupun mendongengkan tentang hak dan kewajiban kita sebagai pasangan, kau mendengarkan dengan saksama, tapi tidak denganku yang kala itu sangat ngantuk akibat bulu mata yang membahana.

Tapi, untuk apa kamu mendengarkan dengan saksama tentang hak dan kewajiban kita sebagai pasangan, namun nyatanya kamu tak memenuhi semua itu sekarang??

-------

Aku telah sampai pada kotamu. Kota yang dulu membuatku menjadi wanita yang paling bahagia. Tiga lebaran yang lalu aku dikawinkan dengan lelaki yang aku cintai.

Aku tak pernah berpikir sebelumnya, bagaimana bisa aku akan menemuimu di kota yang sebesar ini. Ini memang bukan Jakarta, tapi luasnya kota ini memksa otakku berputar sebanyak tujuh putaran.

-------

Andai bukan karena anakmu yang memanggil-manggil namamu, aku tak kan mau mencarimu meski tiga kali puasa dan tiga kali lebaran kamu tak kunjung datang ke rumah sebab ku tak lagi menginginkanmu yang tak lagi seperti dulu ~~